Search This Blog

Thursday, October 28, 2010

SIKAP PEGAWAI NEGERI SIPIL TERHADAP LITERASI TEKNOLOGI INFORMASI KOMPUTER


SIKAP PEGAWAI NEGERI SIPIL
 TERHADAP LITERASI TEKNOLOGI INFORMASI KOMPUTER
Oleh : Atjih Ratnawati [*])


A.    Latar Belakang
Peranan teknologi informasi di abad 21 ini sudah tidak dapat dihindari baik dalam lingkup lokal, nasional maupun global. Memasuki era globalisasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) atau yang di dunia di kenal dengan information and comunication teknologi (ICT) saat ini merupakan salah satu komponen penting bagi pembangunan di berbagai sektor di banyak negara. ICT bagi masyarakat dunia telah menjadi bagian kehidupan modern, yang menjadi tumpuan bagi komunitas industri, bisnis informasi, media, dan telekomunikasi. Perkembangan dan kemajuan tersebut secara mendasar akhirnya mengubah dan mentransformasikan pola ekonomi, pola hidup dan cara melakukan bisnis secara signifikan. Kenyataan lain menunjukkan bahwa ekonomi dunia saat ini di bangun berdasarkan suatu jaringan informasi global. Dengan ketersediaan infrastruktur dan jaringan informasi global itu maka transformasi dan kecepatan dalam melakukan distribusi informasi dan transaksi bisnis semakin mudah. Apabila suatu negara masih menjalankan pola pembangunan secara konvensional, maka negara tersebut akan semakin tertinggal di belakang dalam tata pergaulan antar bangsa dan persaingan global.
Pesatnya ketersediaan akses informasi di dunia maya (internet) memang berlipat ganda jika dibandingkan dengan perkembangan atas ketersedian informasi secara konfensional baik tercetak maupun memakai media audio visual,. hingga kini informasi tersebut semakin menjadi pilihan utama dari para pencari dan pengakses informasi berbagai bidang, terutama dari kalangan pendidik, baik guru, dosen maupun murid sekolah lanjutan dan mahasiswa, utamanya di negara-negara maju. Walau persoalan akses komputer ke internet di negara berkembang masih relatif baru bukan berarti akses informasi ke dunia maya tidak dapat dilakukan. Diakui memang

ada keterbatasan akses internet karena kendala utama infrastruktur jaringan yang belum merata, serta secara kultural sikap gagap teknologi yang menerpa masyarakat masih jadi hambatan. Dengan tingkat penetrasi pemakaian komputer dan akses internet di negara berkembang, termasuk Indonesia relatif rendah, maka layanan informasi di dunia maya seakan masih menjadi hak utama kelompok masyarakat tertentu. (baca masyarakat maju).
Secara umum bagi bangsa Indonesia yang memiliki jumlah penduduk lebih dari 210 juta jiwa (BPS,2005) dengan keanekaragaman suku bangsa dan budaya, bagaimana menjadikan ICT masuk ke dalam tatanan kehidupan masyarakat Indonesia secara luas, maka perlu upaya meningkatkan kesadaran seluruh masyarakat Indonesia akan pentingnya ICT sebagai salah satu alat bantu yang potensial dalam mewujudkan taraf kehidupannya.
Tantangan yang dihadapi Indonesia di bidang pembangunan komunikasi dan informatika sangat besar, antara lain index kemampuan Indonesia relatif rendah di tingkat dunia dalam berbagai pembangunan infra struktur komunikasi dan informatika, termasuk dalam pengembangan sumber daya manusia. Pada tahun 2005 Indeks Kesiapan Jaringan (Network Readiness Index) Indonesia berada pada posisi 51 dari 104 negara.Indeks Kualitas SDM Human Development Index (HDI) yang dilaporkan UNDP, Indonesia berada pada urutan ke 110 dari 177 negara, yang jauh lebih rendah dibanding negara tetangga kita Malaysia (rangking 61). Data ini tentunya diharapkan menjadi sumber motivasi untuk melakukan usaha guna meningkatkan kualitas SDM bangsa dalam rangka memenangkan persaingan global ke depan.
Stepen Barley, Profesor pada Standar Univercity menyatakan bahwa ICT merupakan “ENABLE” bagi perubahan organisasi artinya suatu organisasi, dan masyarakat pengguna akan mengalami perubahan tatanan kehidupan yang cukup signifikan dengan kehadiran ICT. Sebagai contoh bila ICT bisa dipraktekan atau diimplementasikan untuk penyediaan informasi perdagangan bagi pedagang sayuran atau nelayan bisa dimungkinkan adanya keseimbangan pasar dari komoditi yang dihasilkan, bila ini dilaksanakan secara nasional akan menjadi salah satu faktor penyusut tingkat inflasi dengan adanya mekanisme keseimbangan harga-harga. Dalam Presiden No 3 tahun 2003, tanggal 9 Juni 2003 tentang kebijakan dan strategi nasional pengembangan e government tertuang kebijakan penerapan teknologi komunikasi dan informasi di Indonesia. Dengan kebijakan tersebut membuka pemanfaatan secara luas, peluang bagi pengakses, pengelola,dan pendayagunaan informasi dalam volume yang besar secara cepat dan akurat. Penyebarluasan informasi ke masyarakat dengan menggunakan media baru (internet) dapat meningkatkan layanan publik yang lebih efektif dan efisien.
Perkembangan teknologi informasi saat ini diakui membawa perubahan pada sistem pelayanan pemerintahan. Dalam mengejar persaingan global, pemanfaatan teknologi komunikasi menjadi “prasyarat kunci” (Hadwi Soendjojo, Dep.Kominfo,Jica,2005) dikatakan bahwa dalam bidang pemerintahan, teknologi informasi dan komunikasi telah menjadi tulang punggung. Informasi sebagai sumber daya yang sangat membantu dalam menentukan kebijaksanaan pemerintah serta menjadi pendukung pengambil keputusan.
Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) nomor 9 tahun 2005, maka Departemen Komunikasi dan Informatika merupakan institusi pemerintahan yang menangani bidang komunikasi dan informatika, menyampaikan berbagai upaya yang dilakukan dalam melaksanakan tugas pemerintahan yang didasarkan kepada visi “Terwujudnya masyarakat Informasi Indonesia yang sejahtera berdasarkan kepada nilai-nilai budaya bangsa dan berperan dalam persaingan Global.”
Dengan mengacu kepada tugas pokok tersebut, Dep.Kominfo dapat berperan sebagai regulator, fasilitator dan insentif provider dan mempunyai tugas merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang komunikasi dan informasi nasional, termasuk telematika dan penyiaran. Tugas tersebut meliputi aspek pengembangan komunikasi dan informasi termasuk pengembangan dan pemanfaatan serta pemberdayaan teknologi informasi dan komunikasi, telekomunikasi dan penyiaran. Beberapa kegiatan yang diarahkan untuk mengejar ketertinggalan dalam penguasaaan dan pemanfaatan ICT yang telah dilaksanakan Dep Kominfo adalah pengembangan SDM di bidang komunikasi dan informasi. Langkah ini terus dikembangkan dan ditingkatkan untuk mengejar ketertinggalan SDM Indonesia dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Strategi yang digunakan diarahkan untuk merumuskan kebijakan dan fasilitasi pengembangan SDM di bidang teknologi informasi dan komunikasi serta bidang media massa. Dalam rangka rumusan kebijakan telah dihasilkan antara lain : arah kebijakan pengembangan SDM komunikasi dan informasi, pedoman umum penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis di bidang teknologi informasi dan komunikasi untuk menunjang implementasi e-government, pedoman sosialisasi pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, panduan kompetensi pengelola e-government, serta konsep jabatan fungsional prioritas di bidang Kominfo serta kerangka pengembangan profesi di bidang Kominfo di lingkungan non pemerintah
Dalam rangka implementasi pedoman tersebut, pada tahun 2004 telah dilakukan sosialisasi pedoman umum penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis di bidang teknologi informasi dan komunikasi untuk menunjang implementasi e-government, serta sosialisasi panduan kompetensi pengelola e-government. Kegiatan yang berkaitan dengan fasilitasi pengembangan SDM meliputi penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknologi informasi dan komunikasi untuk aparatur pemerintah, di mana pada tahun 2004 telah diselenggarakan di Provinsi Maluku.
Sosialisasi pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam rangka peningkatan kesadaran e-literacy masyarakat dilakukan melalui dialog interaktif yang ditujukan bagi aparat pemerintah, kelompok wanita, generasi muda, pengusaha kecil dan menengah, serta tokoh masyarakat diarahkan untuk menumbuhkan kesadaran terhadap pentingnya teknologi informasi dan komunikasi, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Kegiatan ini pada tahun 2004 dilaksanakan di Provinsi Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Timur dan Jawa Timur.
Meskipun telah banyak pegawai yang di training teknologi informasi, tingkat penguasaan materi masih sangat rendah. Penyebab utamanya karena latar belakang pendidikan yang memang tidak berbasis teknologi informasi, karena kurangnya minat terhadap teknologi informasi itu sendiri. Oleh karena itu, dari momentum kehadiran perangkat teknologi yang begitu banyak inilah diperlukan pemahaman dan kemampuan aparat pemerintah untuk mengadopsi teknologi informasi melalui pemberdayaan SDM., merupakan sebuah keharusan. Peningkatan kemampuan SDM bidang teknologi informasi dapat dilakukan melalui kebijakan, sehingga tercipta situasi yang kondusif terhadap inovasi maupun perubahan yang diharapkan. Perubahan dengan menggunakan berbagai perangkat teknologi komunikasi dan informasi. sangat mungkin dimanfaatkan secara luas dalam semua bidang, baik pada tingkat perencanaan hingga pada level pembuat keputusan. Hal ini dimungkinkan oleh karena peluang untuk mengakses informasi dapat dilakukan secara cepat dan singkat, sehingga sumber informasi yang bervariasi dengan tingkat akurasi yang tinggi dapat diterima dengan mudah. Untuk kepentingan itu maka diperlukan studi tentang bagaimanakah sikap aparat pemerintah/PNS terhadap literasi teknologi informasi dalam mendayagunakan komputer, sebagai upaya mengembangkan literasi di bidang ICT?. Sebagai aparatur pemerintah yang mengemban misi penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat, maka Dep Kominfo perlu kiranya memberdayakan seluruh kekuatan dan peluang dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang mampu menghantarkan visi Indonesia baru dalam tatanan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

B.    Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan penelitian adalah “Bagaimana sikap PNS terhadap literasi teknologi informasi komputer,” dengan mengidentifikasikan variabel-variabel berikut :
            1. Bagaimana pengetahuan PNS terhadap literasi komputer
            2. Bagaimana PNS menggunakan komputer
            3. Bagaimana pemanfaatan komputer oleh PNS

C.    Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengetahuan PNS  dengan kehadiran ICT secara signifikan dan diimplementasikan, diperlukan untuk kebutuhan informasi para PNS, baik untuk kelancaran dinas, pengembangan kantor, maupun pengembangan SDM PNS itu sendiri

D.    Kegunaan
Kegunaan dari penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan untuk penyempurnaan program pengembangan literasi ICT yang menjadi tuntutan Tupoksi Pusat Pengembangan Literasi Komunikasi dan Informasi Balitbang SDM Departemen Komunikasi dan Informasi

E.    Kerangka Teori
a.  Sikap :
Santoso Sastropoetro (1990 : 42-43) mengutip Cutlip dan Center, sikap (attitude) adalah kecenderungan untuk memberikan respons terhadap suatu masalah atau suatu situasi tertentu dan senantiasa terarahkan terhadap suatu hal, suatu objek. Menurut Krech et.al (1962 : 180) bahwa sikap merupakan suatu sistem yang memiliki tiga komponen sikap,yaitu kognisi,afeksi,dan psikomotorik. Kognisi merupakan kumpulan dari berfikir, keyakinan dan pengetahuan. Afeksi merupakan kehidupan emosional seseorang yang mempunyai evaluatif positif dan negatif. Sedangkan psikomotorik merupakan kecenderungan bertingkah laku. Dengan sifat ketergantungan hubungan sikap terhadap obyek,maka komponen-komponen sikap merupakan kluster (himpunan) yang menghasilkan tingkah laku tertentu. Untuk itulah ketiga komponen sikap mempunyai hubungan yang dinamis dalam rangka menimbulkan pola tingkah laku tertentu. Edward dalam Mar’at (1984) memperjelas rumusan operasional sikap dengan menyatakan bahwa sikap diartikan sebagai derajat atau tingkat kesesuaian seseorang terhadap obyek tertentu.
Sikap dilihat dari aspek komunikasi mengandung beberapa pengertian sebagaimana yang dikemukakan Sonaejo, Djoenaesih S (1997 :104-105 ) sebagai berikut :
a.      Kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai
b.      Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu,tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan, atau apa yang harus dihindari
c.       Sikap mengandung nilai evaluatif, yakni mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan.
Sikap itu timbul dari pengalaman,tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar.karena itu sikap dapat diperteguh dan diubah.
Sikap adalah tindakan ( Kamus lengkap Bahasa Indonesia (Tim Prima Pena,  Gita Media Press).
Sikap juga berarti cara, pendirian, pendapat, keyakinan, (Kamus Besar Bhasa Indonesia, Depdikbud Balai Pustaka)
b.      Pegawai Negeri Sipil (PNS)
PNS menurut Undang-undang no 43/1999 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 8/1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian pada pada pasal 1 ayat 1 bahwa Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang telah ditentukan dan diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c.      Literasi
Jaman dulu sering kita dengar semboyan Berantas Buta Huruf, atau dalam bahasa Inggris, eradicate iliteracy, istilah ini memiliki arti usaha membuat masyarakat luas melek huruf atau bisa membaca. Namun seiring dengan perkembangan jaman pengertian buta huruf yang demikian menjadi terlalu sempit dan ketinggalan jaman. Usaha mendidik masyarakat menjadi hanya berpusat illiteracynya, pada ke-butahurufan-nya saja. Sedangkan kebutuhan masyarakat akan ilmu dan pengetahuan tidak berhenti hanya pada bisa membaca saja.para ahli pendidikan berpendapat sebaiknya fokus hirauan dirubah dari permasalahan illiteracy kepada permasalahan literacy. Apabila fokus diberikan kepada masalah illiteracy, konotasi yang menyertai kata buta huruf adalah benar-benar tidak bisa baca tulis, kurang pendidikan formal (sekolah), kurang pengetahuan,dan kurang berbudaya.
Sedangkan literacy disertai dengan konotasi yang lebih luas, mencakup kualitas terbaik dari tiap individu,yang akan bisa ditingkatkan melalui kerja keras dan pendidikan. misalnya, kemampuan yang memadai dalam budaya pengetahuan, keahlian dan kerja. Berbagai keahlian yang dapat dikuasai (membaca, menulis, berhitung dalam artian yang sangat luas) Tingkat penguasaan atas berbagai jenis bidang berbeda.
Literacy tidak lagi bisa diartikan menjadi melek huruf atau melek baca, melainkan sebagai keberaksaraan yang memiliki arti yang lebih luas. Keberaksaraan nantinya akan dapat memperbaiki permasalahan buta huruf dalam masyarakat itu sendiri dengan semakin tingginya tingkat kesadaran masyarakat atas pendidikan dan pengetahuan.
Literacy secara sederhana berarti kemampuan membaca dan menulis atau melek aksara. Dalam konteks sekarang, literasi memiliki arti yang sangat luas, literasi bisa berarti melek teknologi, politik, berpikiran kritis dan peka terhadap lingkungan sekitar.
Kirsch dan Jungeblut dalam buku Literacy, Profiles of America’s young adult mendifinisikan “Literasi kontemporer sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan informasi tertulis atau cetak untuk mengembangkan pengetahuan sehingga mendatangkan manfaat bagi masyarakat”.Seseorang bisa dikatakan literat jika ia sudah bisa memahami sesuatu karena membaca dan melakukan sesuatu berdasarkan pemahaman bacaannya. Sekarang ini generasi literat mutlak dibutuhkan agar bangsa kita bangkit dari keterpurukan  bahkan bersaing dan hidup sejajar dengan bangsa lain.Wagner (2000) menegaskan bahwa tingkat literasi yang rendah berkaitan erat dengan tingginya tingkat drop out sekolah,kemiskinan, dan pengangguran.
Literasi media adalah sebuah kemampuan untuk mengakses, menganalisa dan mengkomunikasikan pesan-pesan dalam berbagai bentuknya, sebuah ekspansi konseptualisasi tradisional yang bersifat literer yang berbagai bentuk simboliknya.
Lembaga Standar Pendidikan Nasional Amerika Serikat di bidang teknologi informasi dan kurikulum, literasi informasi adalah sebuah kemampuan untuk menemukan dan memanfaatkan informasi sebagai suatu syarat kemampuan yang diperlukan dala proses pembelajaran sepanjang hayat.

d.      Komputer 
Komputer adalah alat yang dipakai untuk mengolah informasi  menurut prosedur yang telah dirumuskan. Arti yang lebih luas komputer adalah pemrosesan informasi atau sistem pengolahan informasi..Dalam bahasa Tionghoa  komputer dipanggil “tien nau” atau suatu otak listrik. Dalam bahasa Swedia komputer dipanggil “dator” dari data. (Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia)
Komputer adalah piranti elektronik yang terdiri dari CPU dan monitor untuk mengolah dan menyimpan data. (Kamus lengkap Bahasa Indonesia , Tim Prima Pena, Gitamedia Press)
e.      Kantor
       Kantor adalah tempat bekerja, tempat menangani (mengurus) pekerjaan.
Kantor perwakilan adalah kantor pemerintahan atau swasta yang mewakili urusan kantor pusat.

F.  Batasan Konsep
Kemampuan Pegawai Negeri Sipil konsepnya dibatasi dalam hal mengakses, menemukan, menganalisa dan memanfaatkan informasi dengan menggunakan alat piranti elektronik sebagai alat untuk mengolah dan menyimpan data yang berada pada tempat bekerja .

G.  Metodologi Penelitian
1.  Lokasi Penelitian :
Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Surabaya Propinsi Jawa Timur. Adapun lokasi instansi dilakukan secara purposive terhadap lima instansi Pemerintah Daerah yaitu Humas dan Protokol Kota Surabaya, Dinas Perdagangan dan Peindustrian dan Penanaman Modal, Dinas Perhubungan, Dinas Perikanan, Kelautan Peternakan, Pertanian dan Kehutanan, dan Dinas Pendidikan., Dipilihnya kelima instansi tersebut dengan alasan karena dalam tugas kegiatan sehari-hari tidak lepas dari penggunaan TI.(Teknologi Informasi).


2.  Sampel Penelitian
Populasi dari penelitian adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di kota Surabaya. Sedangkan sampel penelitian adalah PNS yang ada di lima instansi, dengan pengambilan responden dilakukan secara merata dengan jumlah responden masing-masing tiap instansi 10 orang. Dengan demikian dari lima instansi  Pemerintah yang diteliti tersebut diperoleh 50 orang  esponden.

3.  Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian menggunakan survai. Instrumen yang digunakan untuk menggali data dari responden yang menjadi sampel adalah kuesioner berstruktur (angket tertutup). Melalui kuesioner itu, responden diminta partisipasipasinya memilih jawaban yang dianggap sesuai dengan sikap dirinya, dengan cara memberikan tanda cek list pada alternatif jawaban yang tersedia.

4.  Analisis data
Data yang diperoleh adalah data kuantitatif, dan data ini kemudian dianalisa secara kualitatif. Untuk mengolah data digunakan komputer dalam bentuk grafik dan narasi.


                                                                         










PETA LOKASI DAN PEMBAHASAN PENELITIAN.
                                                                                                                                                                                
A.    Geografis :
Surabaya merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Timur dan merupakan ibukota propinsi Jawa Timur. Surabaya juga merupakan kota terbesar kedua dan kota pelabuhan terbesar kedua di Indonesia, dan merupakan kota tertua di Indonesia (712 tahun). Julukan yang paling terkenal adalah Kota Pahlawan karena keberanian arek-arek Suroboyo dalam berjuang mempertahankan kemerdekaan pada akhir Perang Dunia II. Kini Surabaya adalah kota budaya, pendidikan, pariwisata, maritim, industri dan perdagangan yang mengalami perkembangan pesat. Surabaya memiliki masyarakat yang multietnis, perguruan tinggi-perguruan tinggi terkemuka, objek wisata yang menarik, pelabuhan laut, pangkalan Armada TNI–Al, Akademi Angkatan Laut (AAL), kawasan industri dan pusat-pusat perbelanjaan .Surabaya juga telah menjalin kerjasama “Sister City “ dengan 3 kota di dunia, yaitu (Korsel), Kochi (Jepang) dan Seattle (USA) .
Luas kota Surabaya sekitar 326,36 km2 dan secara astronomi terletak 07.21 Lintang Selatan dan 112.36  s.d 112.54 Bujur Timur. Sebagian besar wilayah Surabaya merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3-6 meter di atas permukaan air laut, kecuali di sebelah selatan dengan ketinggian 25-50 di atas permukaan air laut.
Batas wilayah kota Surabaya adalah sebelah utara dan timur dibatasi oleh Selat Madura, sebelah selatan dibatasi oleh Kabupaten Sidoarjo dan sebelah barat dibatasi oleh Kabupaten Gresik.
Sebagaimana kota-kota yang ada di Indonesia, administrasi pemerintahan kota dikepalai oleh Walikota yang juga membawahi koordinasi atas wilayah administrasi kecamatan yang dikepalai oleh Camat. Secara administrasi, jumlah kecamatan yang ada di kota Surabaya mengalami pemekaran dari 28 kecamatan pada tahun 2002 menjadi 31 kecamatan pada tahun 2003, sedangkan jumlah kelurahan tetap yakni 163 kelurahan. Banyaknya penduduk menurut jenis kelamin hasil registrasi tahun 2003 adalah 2.659.566 jiwa, terdiri laki-laki 1.337.982 jiwa, perempuan 1.321.584 jiwa.
 Jumlah aparatur pemerintahan di lingkungan Kota Surabaya mengalami kenaikan dalam 2 tahun terakhir, dari 18.397 orang pada tahun 2001, menjadi 23.936 orang pada tahun 2002. Kenaikan ini merupakan dampak dari kebijakan otonomi daerah yang mulai efektif dilaksanakan tahun 2001. Amanat dari otonomi daerah adalah pemberian peran yang lebih besar kepada pemerintah kabupaten atau kota dalam pelaksanaan pembangunan yang diiringi dengan restrukturisasi aparat pemerintah pusat dengan mengalihkan sebagian aparat yang ada di struktur pemerintahan pusat dan provinsi kedalam struktur pemerintahan kabupaten atau kota.

B. Hasil Penelitian

1. Gambaran Karakteristik Responden
Responden yang terjaring dalam pengumpulan data, yang disebarkan melalui kuesioner berjumlah 50 orang, dan kemudian dianalisis untuk menjawab permasalahan dan tujuan dari penelitian. Karakteristik dasar responden yang menjadi sampel di lokasi penelitian dapat dilihat dari aspek jenis kelamin, usia, pendidikan, dan jabatan. Sementara sisi lainnya adalah untuk melihat pengetahuan dan pemahaman responden dalam pemanfaatan komputer.
Dari Jumlah sampel Pegawai Negeri Sipil 50 responden, terdiri atas jenis laki-laki sebanyak 24 (48%) responden dan kaum perempuan 26 (52%) responden.
Karakteristik responden yang memiliki tingkat usia, terdiri  (21-25 ) tahun 1 responden (2%), responden berusia (26-30) tahun sebanyak 4 responden (8%) , kemudian responden yang berusia (31-40) tahun sebanyak 19 responden (38%).dan responden yang memiliki usia (41-50 ) 26 responden (52%).
Ini artinya PNS yang tergolong belia (21-25) hanya 2% (nyaris tidak ada) harus diwaspadai , karena prospek generasi berikut yang akan  menggantikan yang pensiun jumlah 2 % itu tak cukup, terutama PNS yang berumur (45-50) berjumlah 52 %.Sekalipun ditambahkan PNS yang berumur 26-30 yaitu 8%, tetapi tidak sesuai dengan jumlah yang tiap tahun harus memasuki masa pensiun.Sedangkan PNS yang berumur produktif (31-49) sebanyak 38% cukup ideal untuk mengisi formasi-formasi yang ditinggal PNS yang MPP.
Kemudian responden Pegawai Negeri Sipil yang terjaring dalam penelitian ini memiliki tingkat pendidikan yang variatif, tersebar mulai tingkat SLTA sampai Pasca Sarjana.Responden yang memiliki tingkat pendidikan SLTA 12 responden (24%), yang berpendidikan Sarjana Muda/Diploma sebanyak 4 responden (8%) ,berpendidikan sarjana sebanyak 30 responden (60%) merupakan mayoritas responden, kemudian responden yang berpendidikan Pasca Sarjana 4 responden (8%).
Enampuluh prosen (60%) PNS berpendidikan S1, dan mereka inilah yang diharapkan menjadi motor penggerak birokrasi, apalagi ada 8 % yang berpredikat Pasca Sarjana (S2) yang biasanya mengisi jabatan-jabatan penggerak roda birokrasi. Dan 24 % SLTA ditambah 8% D3,jumlah dan jenjang pendidikan ini untuk staf dianggap mencukupi.
Karakteristik responden PNS dilihat dari jabatannya, sebagian besar responden yang dijaring dalam penelitian ini merupakan staf pelaksana sebanyak 38 responden (76%) . yang menduduki eselon IV sebanyak 6 responden (12%) dan yang menduduki jabatan fungsional 6 0rang (12%).
Sebanyak 76 % responden merupakan PNS dengan tugas staf (pelaksana). Sedangkan 12 % yang menduduki eselon IV, jika dibandingkan dengan ratio rentang kendali 1 : 5, maka 5X12% = 60 %= 30 orang yang seharusnya, tetapi  ternyata ada 38 orang staf, kelebihan 8 orang staf , masih ditoleransi.

  1. Pengenalan Komputer
Secara sederhana komputer dapat diartikan sebagai suatu alat elektronik yang dapat digunakan untuk :
1.  Mengetik, menggambar, membuat grafik dll
2.  Mengolah data,mengurut,memilah dan mengelompokkan
3.  Menyimpan data (merubah,menambah menghapus)
4.  Mengoperasikan CD gambar (film) maupun musik.
5. Berkomunikasi antar komputer satu dengan yang lain (jaringan lokal, jaringan antar gedung,jaringan antar kota/negara)baik dengan teks,suara maupun gambar.
Sedangkan unsur-unsur teknik komputer meliputi unsur sofware (perangkat lunak), hardware (perangkat keras) dan brainware (manusia). Ketiga unsur tersebut saling berhubungan dan membentuk kesatuan. Perangkat lunak tidak berfungsi apabila tanpa perangkat keras.demikian juga sebaliknya.Dan keduanya tidak akan bermanfaat apabila tidak ada manusia yang mengoperasikan dan mengendalikannya.
Adapun yang dimaksud dengan fisik komputer meliputi sedikitnya ada  empat unsur yakni monitor, atau layar display, CPU (Central Procecing Unit) Keybord dan Mouse yaitu alat untuk menggerakan kursor dan mengaktifkan perintah kepada komputer.
Dari hasil penelitian, pengenalan PNS terhadap komputer di Pemkot Surabaya sangat baik. Terlihat dari data yg menunjukan bahwa dari 50 responden yang diteliti hampir seluruh PNS sudah mengenal komputer (98%) dan hanya 2% yang belum mengetahui komputer. artinya dari segi literasi TI sudah sangat baik.
Yang mengenal komputer dari kantor tempat bekerja sebanyak 32 orang (64%), dari media cetak 4 orang (8 %), dari teman 3 orang (6%,) dari media TV sebanyak 1 orang (2%) dan dari tempat lain atau kursus sebanyak 10 orang (20%).Dalam hal ini tempat kerja atau kantor ternyata berhasil mendorong stafnya mengenal komputer (64%) juga ada semangat yang besar dikalangan PNS untuk mengapresiasi TI yang sangat dibutuhkan. Dalam jaman modern ini.media cetak, juga membantu meliterasikan TI. dalam media cetak (8%)  teman juga membantu (6%)

3.  Pengetahuan Dasar Komputer
Seratus persen responden /PNS yang diteliti memiliki pengetahuan dasar komputer sangat baik.
Pengetahuan dasar komputer itu terdiri dari sofware dan hardware. (CPU, Monitoring, Keyboard, Mouse) . Dari hasil penelitian semua responden sudah  mengerti apa itu hardware (100%) sedangkan 92% yang mengerti sofware. Dengan demikian PNS Pemkot Surabaya sudah mengerti makna unsur-unsur komputer dimaksud. Sungguh hal yang mengagumkan, bahwa PNS ini secara keseluruhan boleh diacungkan jempol khususnya pengetahuan dasar komputer.
4.  Pengenalan Pribadi Terhadap Komputer
Dari seluruh responden yang diteliti, ternyata responden agak kurang dalam memahami komputer, karena itu mereka mau belajar dengan berbagai cara .
Dari data yang diteliti ,PNS memahami komputer dari kegiatan sosialisasi sebanyak 28%, pelatihan di kantor sebanyak 40%, belajar sendiri  74 %, belajar dari teman sebanyak 82 %, dari kursus sebanyak 40 % dan lain-lain 16 %.
Mereka sadar akan tuntutan teknologi,karena itu mereka memacu diri sesuai kebutuhan perkembangan. Otodidak/belajar sendiri, seakan ada dorongan atau motivasi yang kuat para PNS untuk mau belajar sendiri,untuk meningkatkan mutu atau kualitas SDM dibidang TI. Mereka sadar bahwa tanpa menguasai sarana informasi ini secara baik dan profesional, niscaya akan ditinggalkan oleh perkembangan yang demikian pesat.

5.  Penggunaan Komputer
 Berdasarkan penelitian, penggunaan komputer oleh responden sebagai berikut  penggunaan komputer untuk mengetik sebanyak 79%, menggambar 56%, membuat grafik 58 %, mengolah data 60%, browsing internet 58%, menyimpan data 76%,membuat tabel 74%, email 54%, CD musik/film 68%, games 77%, print 77%, website 51% dan download 52%.Dengan demikian responden banyak melakukakan kegiatan untuk mengetik, menyimpan data, membuat tabel, bermain games dan printing, sehingga PNS di Pemkot Surabaya tergolong menggunakan komputer untuk kegiatan-kegiatan dasar.
Dari data ini tergambar jelas betapa penting komputer dikalangan PNS Pemkot Surabaya, secara meyakinkan komputer telah digunakan sesuai fungsinya,yakni fungsi: mengetik,menggambar,membuat grafik,mengolah data, browsing internet, menyimpan data, membuat tabel, email, CD, games, print, website, dan download. Itu artinya, dana yang disediakan untuk pengadaan perangkat komputer itu memang sudah difungsikan secara produktif dan fungsional (kepentingan dinas/kantor)






6.  Penggunaan Jaringan Internet
Berdasarkan data penelitian, responden  yang menggunakan jaringan internet  untuk e-mail sebanyak 56 %, melihat informasi 59% , yang menjawab bisa chating sebanyak 46% dan situs website sebanyak 50%. Oleh karenanya responden (PNS) Pemkot Surabaya menggunakan internet hanya untuk melihat informasi dan e-mail. Karena itu dapat dikatakan PNS Pemkot Surabaya belum optimal menggunakan fasilitas internet sebagai alat pencari informasi. Sebenarnya prosentase 56%  yang menggunakan jaringan internet dapat dinilai baik. Memang tidak dapat dibandingkan dengan kebutuhan mengetik komputer karena yang ini paling banyak digunakan dan paling banyak penggunanya.Juga yang mencari informasi 59% ini sangat bernilai, karena informasi dalam internet memang tersedia dalam jumlah yang tak terkira dan tersedia dalam berbagai ragam untuk berbagai kebutuhan.Boleh disebut bahwa internet menyediakan apa saja informasi, semua tinggal klik.


 










7.  Informasi yang dicari dengan menggunakan jaringan internet
Informasi yang dicari oleh responden dengan menggunakan jaringan internet antara lain, masalah politik sebanyak 28%, ekonomi sebanyak 32%,masalah agama sebanyak 36%, kesra 28%, sosial sebanyak 40%,budaya 40% dan iptek sebanyak 55%
Dalam hal ini responden paling banyak yang mencari informasi mengenai iptek,dimungkinkan responden ingin mengetahui lebih banyak pengetahuan mengenai iptek, di era globalisasi dituntut penggunaan iptek sejalan dengan e- government.Tigapuluh dua prosen (32%) responden mencari informasi melalui internet dibidang ekonomi, hal ini agak mengherankan .Mengapa? PNS biasanya tertarik terhadap informasi politik daripada masalah ekonomi,tapi ternyata yang mengakses informasi politik hanya 28% ,bahkan dibidang iptek mencapai 55 %. Sebenarnya
bidang iptek dan ekonomi ini boleh dikata merupakan karya nyata yang hasilnya kasat mata.Artinya hasil pembangunan disini lebih terukur dibanding kesra,sosial , budaya. Walaupun hal ini tidak kalah pentingnya.









8.  Internet sebagai sarana informasi
PNS di Pemkot Surabaya menggunakan fasilitas internet untuk pencarian informasi ternyata sangat kurang, terlihat dari responden yang mencari informasi melalui situs goegle 16%, yahoo 44% situs daerah/lainnya 10 %., yang tidak pernah membuka situs 30 %
Memang fasilitas internet belum optimal dimanfaatkan untuk mencari informasi seperti halnya situs goegle, yahoo, bahkan ada yang tidak pernah membuka situs. Hal ini masih wajar, karena gagasan penggunaan internet di Indonesia, tergolong baru, artinya tingkat kesadaran akan kebutuhan informasi masih memerlukan motivasi gencar.

 








9.  Waktu Penggunaan Komputer
Responden yang menggunakan fasilitas komputer untuk keperluan dinas dan pribadi yang menjawab menggunakan setiap hari sebanyak 82%, seminggu tiga kali 6%, seminggu dua kali 8%, seminggu sekali 4%, seminggu empat kali 0% dan tidak pernah 0%.
Jika digabungkan responden yang menggunakan komputer untuk keperluan dinas dan pribadi , setiap hari, seminggu tiga kali, seminggu dua kali, semuanya 98%. Suatu angka yang mengagumkan. Khususnya yang menggunakan komputer setiap hari (82%). Dapat  diduga PNS dikantor itu sibuk, dan masing-masing menghadapi komputer secara insentif. Walaupun tidak dicatat berapa jam sehari para PNS itu menggunakan komputer, tetapi prospek pemberdayaan SDM yang berkemampuan mengoperasionalkan komputer sudah dapat diprediksi, bahwa masa depan tentu lebih baik.
 









10.  Waktu Penggunaan Jaringan Internet
Responden yang menjawab waktu penggunaan jaringan internet untuk dinas setiap hari sebanyak 20%, yang menjawab seminggu tiga kali 6%, seminggu dua kali 6%, seminggu sekali 6%, seminggu empat kali 0%, dan ada yang tidak pernah menggunakan internet
Waktu penggunaan jaringan internet ini untuk dinas 20 %.Kalau ini dimaksudkan untuk mengakses informasi jumlah 20 % itu tergolong kecil. Tetapi persoalannya adalah informasi apa yang dibutuhkan dan informasi apa yang  tersedia di internet. Karena Pemkot biasanya mendapat data (informasi) masih secara manual dari lingkungan instansinya karena informasi yang ada di internet belum dianggap resmi oleh atasan sebelum mendapat laporan tertulis. Begitu biasanya para birokrat berkilah,seakan tidak percaya informasi dari media. “Saya baru baca dari koran” sehingga internet seakan belum layak dimanfaatkan.

C.  Manfaat Penggunaan Komputer/Jaringan internet
Pemanfaatan penggunaan komputer /jaringan internet, dijawab oleh  responden untuk meningkatkan kinerja di kantor 66% , mempermudah memperoleh informasi sebanyak 82% ,untuk kelancaran dinas 78%, dan menambah ilmu 80%. Maka PNS di Pemkot Surabaya sudah memahami manfaat penggunaan komputer dan internet. Tingkat kesadaran untuk memanfaatkan penggunaan komputer /jaringan internet ini sangat penting. Penting untuk kemajuan dinas, penting untuk kepentingan pemberdayaan PNS dan penting untuk keperluan pelayanan masyarakat, karena dengan penggunaan TI ini semuanya menjadi praktis, cepat, terbuka dan jujur.






                       


                                                                        PENUTUP


KESIMPULAN

1.      PNS yang berusia “belia” (21-25) hanya 2% hal ini akan menyulitkan kesinambungan (estafet) PNS untuk mengisi segala lini (formasi) kepegawaian mendatang. Walaupun PNS yang tergolong produktif jumlahnya mencukupi tetapi untuk jangka panjang harus diperhatikan agar kekosongan formasi karena kekurangan PNS tidak terjadi. Memang dari segi jenjang pendidikan ,jumlah yang ada sudah memadai.
2.      Pengenalan terhadap komputer secara sederhana dilingkungan Pemerintah Kota Surabaya tergolong sangat baik,terutama ada cukup dorongan dari pimpinan kantor. Dorongan ini menjadi sangat berarti karena para PNS pun antusias menyambut, bahkan ada yang kursus. Juga ada dorongan dari media cetak dan TV
3.      Mengenai pengetahuan dasar komputer,dari hasil penelitian berkesimpulan,bahwa para responden dengan sangat meyakinkan menyatakan mereka sudah kenal dan tahu hal itu secara baik, apa hardware dan apa yang dinamakan software pada peralatan komputer. Memang pengenalan itu bisa pada tingkat pengetahuan dasar,belum sepenuhnya memahami secara maksimal mengenai komponen-komponen yang masuk dalam perangkat komputer itu. Mereka mengakui masih perlu meningkatkan pemahaman itu sampai bisa menguasai secara baik dan benar.
4.      Penggunaan jaringan internet, mengakses informasi,dan waktu yang digunakan untuk jaringan internet, sekalipun belum digunakan secara optimal, dari data sudah terbaca, bahwa penggunaan internet menunjukkan arah yang benar yakni, kebutuhan menggunakan jaringan sudah dimulai dan selanjutnya kebutuhan itu akan menjadi “habitat” dalam dunia baru yang tidak boleh lain.
5.      Penggunaan komputer untuk pengetikan, menggambar, grafik, mengolah data, membuat tabel, email, CD, games, print, website dan download, sepenuhnya sudah berjalan baik.Komputer sudah sangat bermanfaat.





SARAN-SARAN
1. Untuk lebih mengerti dan memahami komputer, responden perlu melakukan pelatihan di kantor, kursus dan mengikuti training /seminar/ sosialisasi. DepKominfo sebaiknya meningkatkan sosialisasi dan memfasilitas dalam bentuk pelatihan rutin. Juga memberikan peluang kepada masyarakat umum untuk mengikuti kursus dan atau training khusus untuk meningkatkan pemahaman dan pengertian terhadap komputer.

2. Dep. Kominfo sebaiknya meningkatkan literasi dan pengembangan potensi TI berupa pelatihan, khususnya pendalaman dalam penggunaan komputer sebagai pengolah data, komputer sebagai alat desain (CAD),dan komputer sebagai alat komunikasi jaringan .Tentu saja untuk pengembangan tersebut perlu didukung oleh fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan,misalnya online unit computer (untuk internet), Computer Aided Design (CAD) dan Computer Aided  Engineering and Manufacturing (CAE & CAM).

3..Melihat hasil penelitian dan pembahasan, tingkat kesiapan sumber daya manusia di lima instansi tersebut dapat di katagorikan Pemkot Surabaya siap memanfaatkan piranti elektronik. Namun demikian untuk kesiapan SDM para pegawai perlu ditunjang dengan sarana dan peningkatan kemampuan SDM TI yang begitu pesat Untuk itu diperlukan program insentif dan berkala sehubungan dengan progrevisitas kebutuhan pengembangan SDM Hal ini perlu didukung oleh instruktur-instruktur yang handal, berkualitas dan profesional.













DAFTAR  PUSTAKA



1.      Burhan, 2001, Erotika Media Massa, Muhamaddiyah University Press, Surakarta

2.      F.Nizarul, 1997 Pengaruh Dan Strategi Implementasi Teknologi Informasi Pada Sistem Informasi, Jurnal Ilmiah Widya Gama, No.2/Edisi kelima, Universitas Wydia Gama Malang.

3.      Richardus Eko, 2001, Manajemen Sistem Informasi dan Teknologi Informasi, Jakarta, Elex Media Komputindo

4.      M, Alwi, Media Massa dan Multimedia Abad XX Mengubah Industri dan  Budaya Komunikasi, Jurnal ISKI, vol 1 Nov, Gramedia Jakarta

5.      Sonny, dkk. (Ed), 2001, Memotret Telematika Indonesia Menyongsong Masyarakat Informasi Nusantara, Pustaka Hidayah ,Bandung




























KATA PENGANTAR


Tahun 2005 telah memberikan satu lagi tantangan sulit bagi para peneliti komunikasi sosial terutama bagi kami peneliti ex Badan Litbang Departemen Penerangan. Dengan likwidasinya Deppen itu, dan lahirnya BIKN yang menampung seluruh PNS Deppen, para pegawai kesulitan mengenal TUPOKSI BIKN. Umur BIKN hanya pendek, kemudian menjelma menjadi Lembaga Informasi Nasional. LIN akhirnya dilebur denganberbagai organisasi yang dari luar Deppen menjadi bentuk Departemen Komunikasi dan Informatika dengan tupoksi yang sangat berbeda. Saya, misalnya, peneliti komunikasi harus melakukan penelitian teknologi informatika sesuai TUPOKSI Dep. Kom Info. Saya harus melakukan tugas dan profesi itu sesuai dengan paradigma baru,dan tentu saja hal itu merupakan pekerjaan yang sulit, tetapi harus dicoba. Dengan judul “Sikap PNS Terhadap Literasi Informasi Komputer”saya merancang, melakukan penelitian yang laporannya saya susun ini. Hanya penelitian sederhana karena selain dana dan waktu yang sedikit, kemampuan yang hanya pas-pasan, karena itu beralasan untuk mengomentari penelitian ini Cuma ecek-ecek, tetapi, biarlah, karena akhirnya saya toh puas karena akhir dari rangkaian penelitian itu yakni penyusunan laporan, dapat saya selesaikan dengan mutu seadanya. Walaupun saya tidak berpretensi bahwa penelitian ini tidak ada apa-apanya , tapi buat saya ,ini merupakan hal berharga, apalagi untuk disimak, itu kalau mengandaikan orang yang menyimaknya berpandangan positif.
Semoga


                                                                                            










[*] ) Peneliti di Pusbang Literasi Badan Litbang SDM Dep.Kominfo

No comments:

Post a Comment