Search This Blog

Friday, October 29, 2010

FOTO PANKROMATIK VS FOTO INFRAMERAH


FOTO PANKROMATIK VS FOTO INFRAMERAH
8:49 PM | Author: Arfie

Foto udara hitam putih biasanya dibuat dengan film pankromatik atau film yang peka terhadap inframerah. Film pankromatik telah lama digunakan untuk foto udara sebagai jenis film baku. Penggunaan fotografi hitam putih untuk membedakan antara pohon gugur daun musiman dan pohon berdaun jarum. Melakukan pemotretan pada julat sekitar 0,3µm – 0,9µm ini berdasarkan ketidakstabilan material emulsi segera fotokimiawi yang peka hingga di luar panjang gelombang ini. Batas 0,3 µm untuk fotografi ditentukan oleh sesuatu di luar kepekaan film. Masalah bagi pemotretan pada panjang gelombang yang lebih pendek dari 0,4 µm adalah : atmosfer menyerap atau menghamburkan tenaga ini, dan lensa kamera kaca menyerap energi ini. Akan tetapi foto grafi dapat diperoleh pada julat ultraviolet apabila dapat dihindari batas ketinggian terbang dalam kondisi atmosfer yang tidak menyenangkan. Fotografi ultraviolet menarik pada penelitian dan pengelolaan zoologi. Yang ditunjukan ialah foto udara pankromatik dan ultraviolet yang dibuat secara bersamaan untuk memotret binatang kutub. Terapan foto udara ultraviolet sangat terbatas jumlahnya, terutama adanya hamburan atmosferik yang sangat kuat pada energi ultraviolet.

Banyak terapan yang digunakan menggunakan film berwarna. Manfaat utama penggunaan film berwarna adalah karena mata manusia dapat membedakan tingkat warna lebih banyak dari pada membedakannya dalam bentuk keabuan. Film negatif berwarna menghasilkan citra negatif yang digunakan di dalam urutan negatif ke positif dengan cara yang serupa dengan film negatif hitam putih. Negatif berwarna menyajikan suatu gambaran yang geometri dan kecerahannya terbalik. Film berwarna terbalik ialah film yang dapat diproses untuk menghasilkan citra positif secara langsung pada film asli yang di buka di dalam kamera. Pemberian suatu lapis warna pada julat kepekaan spektral tertentu merupakan parameter pebuatan film yang dapat bervariasi menurut pembuatannya. Warna lapis warna yang dapat dikembangkan di dalam suatu lapis emulsi tidak harus berkaitan dengan warna unsur cahaya yang merupakan kepekaan lapis tersebut. Film inframerah berwarna diproduksi untuk merekam tenaga pada spektrum hijau, merah, dan inframerah (hingga sekitar 0,9 µm) pada tiga lapis emulsinya. Hasilnya berupa film “warna semu” dimana warna biru pada citra diperoleh dari objek yang terutama memantulkan tenaga pada spektrum hijau, warna hijau dari objek yang memantulkan tenaga pada spektrum merah, dan warna merah dari objek yang mematulkan tenaga inframerah (0,7µm-0,9µm).
Film inframerah berwarna sering disebut dengan “film pendeteksi bentuk samaran”, film inframerah berwarna menjadi film yang sangat bermanfaat untuk analisis sumberdaya.
Persamaan : batas tertinggi penggunaan panjang gelombang adalah 0,9µm.
Perbedaan : pada foto pankromatik, menggunakan spektrum tampak. Pada foto inframerah modifikasi menggunakan spektrum inframerah dekat dan sebagian spektrum tampak pada saluran erah dan saluran hijau.

Teknologi foto udara format kecil (FUFK) adalah teknologi pemotretan dari udara menggunakan wahana pesawat ultra light dengan memanfaatkan kamera non-metrik. Teknologi ini memiliki karakteristik resolusi spasial cukup tinggi, cocok untuk daerah yang tidak terlaluu luas, cepat dan murah.
Kemera non-metrik adalah kamera yang tidak didesain khusus untuk keperluan pemotretan udara dan banyak dijumpai dipasaran. Foto udara non-metrik memiliki ukuran format film 24mm x 36mm untuk kamera dengan panjang fokus 35mm dan 55mm x 55mm atau 60mm x 60mm untuk kamera dengan panjang fokus 70mm. Foto udara non-metrik tidak memiliki tanda fidusial dan tidak memiliki informasi parameter orientasi dalam.
Untuk pengelolaan sumber daya laha, data spasial erupakan data dasar yang harus tersedia. Untuk menentukan metode pengadaan data spasial tersebut, faktor utama yang harus dipertimbangkan adalah tingkat kedetailan informasi, ketelitian, kecepatan perolehan (exstraction) informasi, kebaharuan, dan biaya. Akan tetapi, teknologi ini juga memiliki beberapa keterbatasan, yaitu masih memiliki distorsi geometrik, ketidakseragaman kontras, dan data yang saling ‘terpisah’ pada masing-masing lembar foto.
Pemanfaatannya adalah untuk mengidentifikasi tanah sangat potensial untuk mendukung bidang tugas instansi BPN (badan pertanahan nasional) PBB (pajak bumi dan bangunan). Selain itu dapat mengidentifikasi jenis tanaman, karena tingginya resolusi spasial dan radiometrik. Untuk ekstraksi jenis tanaman dapan digunakan secara manual maupun otomastis. Secara manual dilakukan interpretasi secara visual dengan menggunakan unsur interpretasi, sedangkan secara otomatis dengan menggunakan alogaritma image clasification. Sampai saat ini hasil maksimal untuk identifikasi jenis tanaman pertanian dan penggunaan lahan pada FUFK menggunakan cara interpretasi secara visual dari cara otomatis.

Sumber :
Lillesand, T.M. & Kiffer. 1999. Penginderaan Jauh Dasar dan Interpretasi Citra (terjemahan oleh Drs. Dulbahri et.al). Gadjah Mada University Press. Yogyakata.
Sutanto. 1995. Penginderaan Jauh Dasar. Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Harintaka. 2006. pemanfaatan teknologi foto udara format kecil untuk penyediaan data sumber daya lahan secara cepat dan murah (makalah FIT ISI 2006 Balikpapan). Jurusan teknik geodesi fakultas teknik. Yogyakarta.


Metode evaluasi
10:43 PM | Author: Arfie
Metode evaluasi dapat menggunakan metode matching atau metode skoring. Penggunaan metode evaluasi matching apabila kita menggunakan variabel penelitian 2 buah atau lebih dan mengharapkan adanya hasil dari pengkomparasian terhadap variabel penelitian. Metode evaluasi skoring dapat digunakan dalam penelitian yang membutuhkan hasil penelitian dengan klasifikasi atau pembagian pada kelas-kelas tertentu. Penggunaan metode skoring seperti halnya membuat data kualitatif menjadi data kuantitatif. Sehingga dalam metode skoring lebig terukur, serta bersifat kuantitatif.


Contoh kasus untuk metode matching adalah dalam aplikasi di bidang pattern recognition, dan yang lebih luas lagi di bidang content based image retrieval untuk menampilkan citra yang mirip dengan citra query, yang kemudian digunakan untuk pencarian data berbasis image. Untuk metode skoring dapat pada untuk menentukan bangunan kuno yang potensial dilestarika berdasarkan delapan kriteria makna kultural (estetika, kejamakan, kelangkaan, keluarbiasaan, peranan sejarah, keaslian bangunan, keterawatan, dan memperkuat citra kawasan) di kawasan Kampung Batik Laweyan, karena pada kasus penelitian ini menggunakan pengkelasan pada tiap kriteria.

No comments:

Post a Comment