Search This Blog

Friday, October 29, 2010

Lubang Hitam : Black Hole

  • Lubang Hitam : Black Hole 

    Dengan gaya gravitasinya yang sangat spektakuler lubang hitam adalah monster kosmis tersendiri. Jurang ketiadaan ini bahkan melenyapkan cahaya.

    Lubang hitam (black hole) sering dihubungkan dengan hilangnya benda-benda kosmis bahkan wahana udara sekalipun, seperti pernah disinggung dalam rubrik ini berkaitan dengan hilangnya banyak pesawat di Segitiga Bermuda dan Samudera Atlantik Utara. Pro dan kontra pendapat mengenai hal ini memang tak pernah surut. Cerita seputar Segitiga Bermuda pun sepertinya tetap misterius, dan menjadi bahan tulisan yang tidak ada habis-habisnya.
    Dalam bahasan fenomena kali ini, baiklah kita tinjau sedikit apa sebenarnya lubang hitam atau yang disebut para ilmuwan sebagai singularitas dari bintang redup yang mengalami keruntuhan gravitasi (gravitational collapse) sempurna ini.
    Bila ditelusuri istilah lubang hitam, sebenarnya belum lah lama populer. Dua kata ini pertama kali diangkat oleh fisikawan AS bernama John Archibald Wheeler pada tahun 1968. Wheeler memberi nama demikian karena singularitas ini tak bisa dilihat. Mengapa demikian? Penyebabnya tidak lain karena cahaya tak bisa lepas dari kungkungan gravitasi singularitas yang maha dahsyat ini. Daerah di sekitar singularitas atau lazimnya disebut sebagai Horizon Peristiwa (radiusnya dihitung dengan rumus jari-jari Schwarzschild R = 2GM/C2 dimana G = 6,67 x 10-11 Nm2kg-2, M = kg massa lubang hitam, C = cepat rambat cahaya) menjadi gelap. Itulah sebabnya, wilayah ini disebut sebagai lubang hitam.
    Dengan tidak bisa lepasnya cahaya, serta merta sekilas kita bisa membayangkan sendiri kira-kira seberapa besar gaya gravitasi dari lubang hitam. Untuk mulai menghitungnya, ingatlah bahwa cepat rambat cahaya di alam mencapai 300 juta meter per detik. Masya Allah. Lalu, apalah jadinya bila benar sebuah wahana buatan manusia tersedot ke dalam lubang hitam? Dalam hitungan sepersejuta detik saja, tentunya dapat dipastikan wahana tersebut sudah remuk menjadi bubur.
    Lebih dua ratus tahun silam, atau tepatnya pada tahun 1783. pemikiran akan adanya monster kosmis bersifat melenyapkan benda lainnya ini sebenarnya pernah dilontarkan oleh seorang pendeta bernama John Mitchell. Mitchell yang kala itu mencermati teori gravitasi Isaac Newton (1643-1727) berpendapat, bila bumi punya suatu kecepatan lepas dari Bumi 11 km per detik (sebuah benda yang dilemparkan tegak lurus ke atas baru akan terlepas dari pengaruh gravitasi bumi setelah melewati kecepatan ini), tentu ada planet atau bintang lain yang punya gravitasi lebih besar. Mitchell malah memperkirakan di kosmis terdapat suatu bintang dengan massa 500 kali matahari yang mampu mencegah lepasnya cahaya dari permukaannya sendiri.
    http://www.dailygalaxy.com/photos/uncategorized/2008/03/17/black_hole_big_2_3.jpg
    Lalu, bagaimana sebenarnya lubang hitam tercipta? Menurut teori evolusi bintang (lahir, berkembang, dan matinya bintang), buyut dari lubang hitam adalah sebuah bintang biru. Bintang biru merupakan julukan bagi deret kelompok bintang yang massanya lebih besar dari 1,4 kali massa matahari. Disebutkan para ahli fisika kosmis, ketika pembakaran hidrogen di bintang biru mulai usai (kira-kira memakan waktu 10 juta tahun), ia akan berkontraksi dan memuai menjadi bintang maha raksasa biru. Selanjutnya, ia akan mendingin menjadi bintang maha raksasa merah. Dalam fase inilah, akibat tarikan gravitasinya sendiri, bintang maha raksasa merah mengalami keruntuhan gravitasi menghasilkan ledakan dahsyat atau biasa disebut sebagai Supernova.
    Supernova ditandai dengan peningkatan kecerahan cahaya hingga miliaran kali cahaya bintang biasa kemudian melahirkan dua kelas bintang, yakni bintang netron dan lubang hitam. Bintang netron (disebut juga Pulsar atau bintang denyut) terjadi bila massa bintang runtuh lebih besar dari 1,4 kali, tapi lebih kecil dari tiga kali massa matahari. Sementara lubang hitam mempunyai massa bintang runtuh lebih dari tiga kali massa matahari. Materi pembentuk lubang hitam kemudian mengalami pengerutan yang tidak dapat mencegah apapun darinya. Bintang menjadi sangat mampat sampai menjadi suatu titik massa yang kerapatannya tidak terhingga, yang disebut singularitas tadi.
    Di dalam kaidah fisika, besaran gaya gravitasi berbanding terbalik dengan kuadrat jarak atau dirumuskan F µ 1/r2. Dari formula inilah kita bisa memahami mengapa lubang hitam mempunyai gaya gravitasi yang maha dahsyat. Dengan nilai r yang makin kecil atau mendekati nol, gaya gravitasi akan menjadi tak hingga besarnya.
    Para ilmuwan menghitung, seandainya benda bermassa seperti bumi kita ini akan menjadi lubang hitam, agar gravitasinya mampu mencegah cahaya keluar, maka benda itu harus dimampatkan menjadi bola berjari-jari 1 cm! (Allahu Akbar, hanya Tuhan lah yang bisa melakukannya).
    Cakram gas
    Dengan sifatnya yang tidak bisa dilihat, pertanyaan kemudian adalah bagaimana mendeteksi adanya suatu lubang hitam? Kesempatan yang paling baik untuk mendeteksinya, diakui para ahli, adalah bila ia merupakan bintang ganda (dua bintang yang berevolusi dan saling mengelilingi). Lubang hitam akan menyedot semua materi dan gas-gas hasil ledakan termonuklir bintang di sekitarnya. Dari gesekan internal, gas-gas yang tersedot itu akan menjadi sangat panas (hingga 2 juta derajat!) dan memancarkan sinar-X. Dari sinar-X inilah para ahli memulai langkah untuk menjejak lubang hitam.
    Pada 12 Desember 1970, AS meluncurkan satelit astronomi kecil (Small Astronomical Satellite *SAS) pendeteksi sinar-X di kosmis bernama Uhuru dari lepas pantai Kenya. Dari hasil pengamatannya didapatkan bahwa sebuah bintang maha raksasa biru, yakni HDE226868 yang terletak dalam konstelasi Cygnus (8.000 tahun cahaya dari bumi) mempunyai pasangan bintang Cygnus X-1, yang tidak dapat dideteksi secara langsung.
    Cygnus X-1 menampakkan orbitnya berupa gas-gas hasil ledakan termonuklir HDE226868 yang bergerak membentuk sebuah cakram. Cygnus X-1 diperhitungkan berukuran lebih kecil dari Bumi, tapi memiliki massa enam kali lebih besar dari massa matahari. Bintang redup ini telah diyakini para ilmuwan sebagai lubang hitam. Selain Cygnus X-1, Uhuru juga mendapatkan sumber sinar-X kosmis, yakni Cygnus X-3 dalam konstelasi Centaurus dan Lupus X-1 dalam konstelasi bintang Lupus. Dua yang disebut terakhir belum dipastikan sebagai lubang hitam, termasuk 339 sumber sinar-X lainnya yang dideteksi selama 2,5 tahun masa operasi Uhuru.
    Eksplorasi sumber sinar-X di kosmis masih dilanjutkan oleh satelit HEAO (High Energy Astronomical Observatory) atau Einstein Observatory tahun 1978. Satelit ini menemukan bintang ganda yang lain dalam konstelasi Circinus, yakni Circinus X-1 serta V861 Scorpii dan GX339-4 dalam konstelasi bintang Scorpius.
    Tahun 1999, dengan biaya 2,8 milyar dollar, AS masih meluncurkan teleskop Chandra, guna menyingkap misteri lubang hitam. The Chandra X-ray Observatory sepanjang 45 kaki milik NASA ini telah berhasil membuat ratusan gambar resolusi tinggi dan menangkap adanya lompatan-lompatan sinar-X dari pusat galaksi Bima Sakti berjarak 24.000 tahun cahaya dari Bumi. Mencengangkan, karena bila memang benar demikian (lompatan sinar-X itu) menunjukkan adanya sebuah lubang hitam di jantung Bima Sakti, maka teori Albert Einstein kembali benar. Ia menyatakan, bahwa di jantung setiap galaksi terdapat lubang hitam!
    “Dugaan semacam itu sungguh sangat dekat dengan kenyataan,” kata Frederick Baganoff yang memimpin penelitian, September 2001, kepada Reuters di Washington. Para ilmuwan pun mulai melebarkan pencarian terhadap putaran gas di sekitar tepi-tepi jurang ketiadaan ini, layaknya mencari pusaran air.
    Pencarian lubang hitam dan kebenaran teori-teori yang mendukungnya memang masih terus dilakukan para ahli, seiring makin majunya teknologi dan ilmu pengetahuan. Pertanyaan kemudian, bila lubang hitam bertebaran di kosmis, apakah nanti pada saat kiamat, monster ini pula yang akan melenyapkan benda-benda jagat raya?
    sumber :
    http://forum.detik.com/
     
  • George Evander 10:16 AM di January 27, 2010 Permalink | Balas  

    Serbuan UFO ke Washington ke DC 1952 


    Di dalam sejarah dunia UFO, hanya ada sedikit peristiwa yang benar-benar menarik perhatian dunia. Salah satu peristiwa ini adalah yang terjadi pada bulan Juli 1952 dimana formasi cahaya-cahaya aneh menyerbu langit malam di Washington DC, persis di atas kantor salah seorang pemimpin paling berkuasa di dunia. Peristiwa itu dikenal dengan sebutan Washington National Airport sightings.
    Presiden Harry S Truman sedang bersantai di ruangannya di gedung putih. Sudah 7 tahun ia menjabat sebagai presiden Amerika Serikat. Ia telah banyak menyaksikan peristiwa besar terjadi di masa kepemimpinannya termasuk berakhirnya perang dunia II, namun ia tidak menyadari bahwa sebuah peristiwa luar biasa akan terjadi tepat di depan matanya.
    9 hari sebelumnya, 10 Juli 1952
    Seorang kru pesawat National Airlines yang sedang terbang di Virginia melihat sebuah cahaya yang “terlalu terang bila dibandingkan dengan balon udara dan terlalu lambat bila dibandingkan dengan meteor”. Di lokasi yang sama, beberapa hari kemudian, seorang kru pesawat lain yang terbang dekat Washington melihat sebuah cahaya yang mengambang di udara selama beberapa saat dan kemudian secara misterius naik ke langit.
    Namun peristiwa penampakan luar biasa tersebut tidak dapat menandingi apa yang terjadi berikutnya, sekelompok objek terbang misterius menyerbu Washington DC dan terbang di atas gedung putih, Capitol Hill dan Pentagon.
    Pukul 21:30, 19 Juli 1952
    Seorang pejabat angkatan darat bernama Joseph Gigandet sedang duduk di serambi rumahnya di Alexandria, Virginia. Beberapa saat kemudian ia menyadari ada sesuatu yang tidak biasanya. Ketika menoleh ke langit yang gelap, ia melihat sebuah objek berbentuk cerutu berwarna merah terang melayang dengan lambat di atas rumahnya.
    Gigandet memperkirakan objek tersebut berukuran seperti sebuah pesawat DC-7 dan berada pada ketinggian sekitar 10.000 kaki. Ia juga melihat sekelompok cahaya-cahaya aneh mengiringi objek raksasa tersebut.
    Ketika cerutu raksasa itu terbang menjauh, warnanya berubah menjadi merah gelap dan Gigandet mellihat objek itu terbang menuju Washington.
    Pukul 23.40, 19 Juli 1952
    Edward Nugent, seorang pengawas lalu lintas udara di Washington National Airport sedang mengamati radar di hadapannya. Ia tidak mengerti apa yang sedang dilihat matanya, namun ada sesuatu yang lain dari biasanya. Di layar radar, ia bisa melihat ada tujuh objek asing yang terbang pada posisi 15 mil di barat daya Washington.
    Nugent kemudian memeriksa catatan penerbangannya dan tidak menemukan adanya pesawat yang meminta ijin terbang di wilayah itu. Lagipula gerakan objek-objek tersebut tidak menunjukkan adanya pola seperti pesawat terbang pada umumnya. Luar biasanya, dua dari tujuh objek tersebut terbang dengan kecepatan yang menakjubkan, 700 mph.
    Nugent tidak percaya dengan apa yang dilihatnya dan mengira ada kerusakan pada radar. Jadi ia memanggil atasannya, Harry Barnes, yang kemudian meminta dua staf lainnya untuk mengecek dan mereka tidak dapat menemukan kerusakan apapun. Jadi Barnes mengangkat telepon dan menghubungi pusat radar lainnya di Washington National Airport.
    Di ujung telepon, Howard Cocklin menerima pemberitahuan itu dan memberitahu Barnes bahwa ia juga menangkap objek yang sama di radarnya.
    Dan kemudian sesuatu yang luar biasa terjadi.
    Sebuah bola cahaya terang muncul di dekat menara Cocklin. Ketika menoleh ke jendela, Cocklin bisa melihat cahaya itu melayang seperti sedang mempermainkannya. Sesaat kemudian, objek itu menghilang dan suasana menjadi sunyi kembali.
    Lalu, posisi objek di layar radar berubah !
    Harry Barnes melihat tujuh objek di radar mulai bergerak ke arah Gedung putih. itu adalah wilayah larangan terbang !

    Barnes bergegas menghubungi pangkalan udara Andrew yang berlokasi sekitar 10 mil dari Washington National Airport. Andrew Air Force Base yang menyadari gawatnya situasi segera menghubungi komando pertahanan angkatan udara.
    Segera dua pesawat tempur F-94 diperintahkan untuk mengejar objek tersebut. Namun landasan udara di pangkalan itu sedang diperbaiki dan kedua pesawat tempur tersebut baru bisa terbang beberapa jam kemudian. Ketika mereka tiba di lokasi penampakan, objek-objek misterius tersebut telah menghilang.
    Satu minggu kemudian, 26 Juli 1952
    Seperti deja vu, sekelompok objek aneh kembali tertangkap radar Washington National Airports. Komando angkatan udara kembali memerintahkan dua F-94 mengejar objek tersebut.
    Sesampai di lokasi, pilot tidak melihat objek apapun. Namun sesaat kemudian, kopilot Lt. William Patterson melihat empat objek bercahaya berwarna putih melayang di kejauhan. Dengan segera pilot John McHugo bermanuver dan terbang ke arah objek bercahaya itu.
    Tiba-tiba, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Keempat objek tersebut berubah formasi dan mengepung jet tempur tersebut.
    Patterson berteriak kepada operator di menara pengawas : “Cahaya itu mengepung kami, apa yang harus kami lakukan ?”
    Patterson tidak mendapat jawaban yang diinginkannya. Hanya ada kesunyian di dalam kokpit. Belum hilang kebingungannya, empat objek tersebut terbang menjauh dan menghilang.
    Hari Berikutnya, peristiwa ini telah menjadi headline di berbagai media utama di Amerika.

    Sementara di gedung putih, Kapten Edward Ruppelt berjalan dengan tergesa-gesa menuju ruang situasi. Di tempat itu Presiden Truman dan beberapa jenderal angkatan bersenjata telah menunggu. Kapten Edward Ruppelt adalah kepala Project Blue Book yang memang bertugas menyelidiki fenomena objek-objek terbang misterius.
    Dalam pertemuan darurat itu, Ruppelt menyatakan kemungkinan bahawa objek tersebut adalah gangguan temperatur yang menyebabkan cahaya dari bumi memantul di awan dan menyebabkan adanya efek bola cahaya di langit. Efek lain dari fenomena cuaca ini menurut Ruppelt adalah kemampuannya mengacaukan sinyal radar.
    Pada tanggal 29 Juli 1952, pihak angkatan udara menyelenggarakan konferensi pers dan memberikan jawaban yang sama dengan Ruppelt. Sampai sekarang, pernyataan ini adalah jawaban resmi pihak pemerintah Amerika Serikat atas insiden ini.
    Walaupun jawaban resmi telah diberikan, Angkatan darat dan CIA merasa bahwa pihak musuh mungkin sedang mengacaukan psikologi penduduk Amerika dengan memberikan laporan-laporan UFO palsu supaya menimbulkan kepanikan dan dengan demikian membuat Amerika menjadi lebih rentan terhadap serangan. Pada tahun itu, perang dunia II baru berakhir selama 7 tahun.
    Pada tanggal 24 September 1952, CIA merekomendasikan dibentuknya sebuah panel yang kemudian dikenal dengan sebutan Panel Robertson yang bertujuan untuk menyelidiki laporan-laporan UFO yang dimiliki Project Blue Book. Panel itu terbentuk pada Januari 1953 dan segera memeriksa laporan-laporan UFO yang ada.
    Menurut Panel tersebut, laporan-laporan UFO yang ada tidak mengancam keamanan nasional dan merekomendasikan angkatan udara Amerika untuk tidak menghabiskan waktu mengurusi UFO dan segera menanggalkan status istimewa UFO dari penyelidikan mereka.
    Hari ini, Insiden Washington National Airport Sightings mendapat tempat sejajar dengan peristiwa The Battle of Los Angeles 1947 sebagai peristiwa UFO paling menghebohkan yang pernah terjadi.
    19 Juli 1952
     
  • George Evander 10:13 AM di January 27, 2010 Permalink | Balas  

    TANGAN TUHAN TERTANGKAP TELESKOP NASA 

    Jakarta – Pengamat NASA, Chandra yang berada 360 mil di atas bumi menangkap gambar yang luar biasa. Foto sinar X itu disebut sebagai Tangan Tuhan.
    Chandra mengambil foto lokasi berenergi tinggi di seluruh jagad raya termasuk sisa-sisa ledakan bintang. Foto nebula dalam bentuk sinar X yang dihasilkan pulsar B1509 sekitar 17.000 tahun cahaya itu disebut sebagai Tangan Tuhan.
    Cahaya merah emas yang ditangkap Chandra berasal dari awan gas dari tetangganya yang mendapat energi dari badai elektron dan ion yang dilempar dari pulsar.
    Bintang netron itu berputar dan terus mengeluarkan energinya saat berputar. Meskipun pulsar itu sendiri hanya berdiameter 12 mil, tapi awan atau nebula menimbulkan pendar sejauh 150 tahun cahaya.
    NASA memperkirakan obyek seperti itu berputar tujuh kali dalam sedetik. Bintang neutron terbentuk saat bintang kehabisan bahan bakar dan meledak.
    sumber:
    http://inilah.com/
     
  • George Evander 10:10 AM di January 27, 2010 Permalink | Balas  

    Benarkah Neil Amstrong Pernah Mendarat di Bulan? 


    Tahun 1969, pesawat Apollo 11 berhasil membawa dan menjejakkan manusia untuk pertama kalinya di Bulan. Tentu kita semua masih ingat siapa saja awak dari Apollo 11 itu. Nama Niel Amstrong, Buzz Aldrin, dan Michael Collins mungkin merupakan nama-nama yang sudah tidak asing lagi kita dengar. Ketiga orang itulah para astronot yang dikirimkan oleh NASA dalam misi penerbangan manusia pertamakali ke Bulan dengan Apollo 11. Peristiwa ini tentunya menjadi suatu tolak ukur bagi kemajuan IPTEK kita, dan mungkin kedepannya penjelajahan ke Mars maupun planet lainnya dengan mengirimkan manusia pertama kesana bukan menjadi suatu impian lagi.
    Namun sayang, setelah lebih dari tiga dekade terlewati pro kontra masih membayangi peristiwa bersejarah itu. Banyak oknum yang belum sepenuhnya mempercayai bahwa NASA benar-benar mendaratkan manusia ke Bulan dikarenakan beberapa sebab, diantaranya penguasaan teknologi yang belum memadai saat itu,dll. Era tahun 1969 merupakan masa dimana perang dingin antara Uni Soviet dan Amerika belum berakhir. Mungkin karena ambisinya untuk memenangkan perang dingin inilah yang membuat pihak Amerika kemudian membuat suatu “kecurangan” dengan sebuah proyek rekayasanya yang mengambil setting pendaratan di bulan tsb. Satu fakta yang mungkin membuat Amerika “geram” adalah kabar keberhasilan Soviet yang telah mengorbitkan Vostok 1-nya bersama Yuri Gagarin, sebagai manusia pertama yang berhasil melakukan perjalanan ruang angkasa.
    Tapi, benarkah misi Pendaratan Apollo 11 di bulan itu memang benar-benar dipalsukan oleh NASA dengan membuat filmnya di Studio?
    Pada tanggal 15 Februari 2001,
    American Fox TV Network menayangkan sebuah program yang disebut Conspiracy Theory : Did We Land on the Moon? (Teori Konspirasi : Apakah Kita Sungguh Mendarat di Bulan?). Mitch Pileggi, seorang aktor dalam film X-Files memandu acara satu jam ini, menyatakan bahwa NASA telah memalsukan seluruh proyek Apollo ke Bulan dengan membuat filnya di Studio. Namun, mitos ini hanya diyakini sedikit orang di Amerika. Berdasarkan jejak pendapat Time pada tahun 1995 dan Gallup pada tahun 1999, yakni hanya sekitar 6% saja orang Amerika yang meragukan bahwa 12 Astronot telah berjalan di bulan. Ke-6% orang-orang yang meragukan hal itulah yang disebut sebagai penganut teori konspirasi.
    Para
    penganut Teori Konspirasi diluar Amerika mungkin lebih banyak lagi, menurut taksiranku, saat ini lebih banyak orang yang mempercayai mereka mengenai mitos tentang kepalsuan pendaraatan di Bulan yang dilakukan oleh NASA.CMIIW*
    Para penganut teori konspirasi dan orang yang skeptis tentunya mempunyai banyak bukti akan hal ini. Menurut mereka banyak beberapa hal yang aneh pada foto-foto yang dipublikasikan oleh pihak NASA selama misi ke bulan tsb. Diantaranya foto yang memperlihatkan bendera tampak berkibar, padahal di Bulan tidak ada atmosfer dan angin. Mereka juga menunjukkan bahwa dalam semua foto yang seharusnya memperlihatkan para astronot sedang berada di permukaan Bulan yang hampa udara, mereka tidak melihat obyek gambaran bintang-bintang dilangit yang gelap.
    Tapi, saya pribadi justru mempercayai bahwa misi Apollo 11 ke bulan itu bukanlah merupakan suatu kebohongan yang selama ini banyak digembar-gemborkan oleh para Skeptisme maupun penganut teori konspirasi .Mengapa?
    Mungkin beberapa penjelasan yang saya uraikan dibawah ini lebih bisa membuka pikiran kita bahwa sebenarnya apa yang selama ini digembar-gemborkan oleh beberapa oknum yang menyatakan bahwa pendaratan Apollo 11 di bulan itu palsu, bisa aku katakan merupakan sebuah tindakan “penyesatan” dan boleh dikatakan “fitnah”. Berikut adalah point-point yang sering dipertanyakan di beberapa forum luar menganai berbagai kejanggalan-kejanggalan tsb. Sengaja ditampilkan dalam gaya tanya jawab yang disertakan beberapa gambar untuk lebih mudahkan teman-teman dalam membaca dan mencerna uraian dibawah ini.
    X : Penganut Konspirasi
    Y : sebagai orang yg mempercayai Apollo 11 benar2 mendarat di Bulan
    Point 1. Mana bintangnya?

    X : coba lihat pict disamping,mengapa tidak ada bintang pada gambar yang diambil para astronot dari permukaan Bulan. Logikanya tanpa atmosfer otomatis langit Bulan menjadi gelap. Jika demikian tentunya pengamat bisa melihat objek-objek terang seperti bintang. Y : Penjelasannya sangat sederhana, film dengan kualitas terbaik pun tidak dapat
    memperlihatkan secara bersamaan dua objek , yg satu sangat terang (pakaian astronot warna putih yang terkena sinar matahari) dan obyek lain yang redup (bintang). Story Mugrave, seorang astronot yg telah terbang keluar angkasa sebanyak enam kali, mengatakan bahwa ketika ia berada diluar pesawat , dibawah sinar matahari yang terang, ia tidak dapat melihat bintang-binatang. Namun ketika pesawat berada di dalam bayangan bumi dan matanya dapat beradaptasi dengan lingkungan yg lebih gelap, pada saat itulah dia dapat melihat bintang.
    Penjelasan lainnya, pada langit Bumi, partikel-partikel atmosfer Bumi akan menghamburkan cahaya matahari pada panjang gelombang biru, sehingga langit siang hari pun tampak biru. Berbeda dengan Bulan, yang hampir dapat dikatakan tidak memiliki atmosfer sehingga langit senantiasa gelap, baik siang maupun malam. Jadi, jika kita berada di Bulan, tentunya bintang akan selalu terlihat. Tetapi kenapa tidak terekam dalam gambar yang diambil Apollo? Dalam foto itu, sebenarnya bintang tersebut ada, namun terlalu redup untuk ditangkap kamera. Kamera dan film yang digunakan oleh para astronot disetel untuk mengambil gambar-gambar kegiatan di Bulan. Exposure timenya diatur sedemikian rupa agar dapat merekam kondisi permukaan Bulan yang terang, bukan untuk mengambil gambar objek-objek lemah pada langit latar belakang.

    Point 2. Mengapa bayangnya tidak paralel?

    X : Mengapa bendera bisa berkibar ditempat yang hampa udara seperti bulan. Logikanya,bendera dapat berkibar apabila ada angin, karena hanya udara yg bergeraklah yg dapat mengibarkan bendera. Y :
    1. Tidak ada angin di dalamstudio film kecuali jika kipas angin dihidupkan.
    2. Jika ada cukup banyak angin di studio film,sehingga bendera berkibar , angin itu juga pasti menggerakkan debudebu di kaki mereka.
    3. Untuk bisa berkibar, bendera tidak selalu membutuhkan angin. Setidaknya di ruang angkasa hal inilah yang terjadi. Pada kondisi di Bulan, bendera dipancangkan bukan hanya pada tiang vertikal, tapi terdapat juga tiang horizontal yang ditambahkan di bagian atas bendera, sehingga bendera tersebut tampak tergantung dan merentang. Selain itu permukaan Bulan yang keras mempersulit pemancangan tiang bendera, sehingga para astronot harus memutar tiang tersebut maju mundur agar bisa ditanamkan di tanah bulan. Akibat gerakan ini, bendera tersebut berkibar, atau yang sebenarnya lebih tepat jika disebut bergetar. Di Bumi kibaran bendera terjadi beberapa detik dan diperlambat oleh udara, tapi kondisi vakum di Bulan menyebabkan gerakan bendera tersebut tidak akan berhenti karena tidak ada gaya dari luar yang menghentikannya.
    Sesungguhnya, bendera yg berkibar itu justru membuktikan bahwa para astronot memang berada di Bulan. Bendera itu bergoyang karena baru saja dipasang. Dan terus bergoyang selama beberapa waktu dengan cara yang tidak biasa karena gravitasi Bulan 1/6 gravitasi Bumi, dan karena tidak ada udara di bulan untuk segera menghentikan gerakan bendera.
    Point 4. Mana Kawahnya?
    X : Pada foto yang lain, tidak tampak adanya lubang bekas semburan roket (kawah) pada lokasi pendaratan. Untuk roket seukuran Apollo seharusnya semburannya dapat menimbulkan lubang yang besar pada permukaan Bulan. Jadi, bagaimana bisa roket mendarat mulus tanpa membekaskan jejak besar?
    Y : Untuk melakukan sebuah pendaratan tentu tidak dilakukan dengan kecepatan tinggi tapi dengan kecepatan yang diperlambat. Tidak ada satu orangpun yang memarkirkan mobilnya dengan kecepatan 100 km/jam. Hal yang sama berlaku juga pada Apollo 11. Semburan roket memiliki dorongan 5000 kg, tetapi roket tersebut diperlambat sampai sekitar 1500 kg saat mendekati permukaan. Dengan diameter pipa pengeluaran roket sebesar 54 inci (dari Ensiklopedia Astronautica), dan ukuran roket sekitar 2300 inci persegi, semburan roket hanya menimbulkan tekanan sekitar 0.75 kg /inci persegi. Tekanan sebesar ini tidak akan sampai menimbulkan jejak lubang yang besar.
    Hasil foto-foto yang diambil di Bulan juga memperlihatkan adanya bayangan yang kurang gelap. Obyek yang seharusnya gelap karena berada dalam daerah bayangan, tetapi dalam foto dapat jelas terlihat, termasuk tulisan di sisi pesawat. Jiika Matahari merupakan satu-satunya sumber cahaya, dan tidak ada udara yang dapat menghamburkan cahaya, seharusnya bayangan yang terjadi sangat gelap. Sebuah persepsi yang salah. Memang ini bukan di Bumi dan cahaya Matahari tidak dapat dihamburkan dalam kondisi hampa udara. Tapi di Bulan masih ada sumber cahaya lain yang berasal dari Bulan sendiri. Debu di Bulan memiliki sifat yang khas: yaitu memantulkan kembali cahaya ke arah sumber cahaya berasal.
    Point 5. Transmisi suara tidak ada jedanya sama sekali?
    X : Transmisi suara dari bulan ke bumi kok gak ada jedanya sama sekali, padahal mustinya kira-kira 5 detik, baru samapi ke bumi? Y : Transmisi audionya sebenarnya ada jedany. Antara suara dari bulan dan konfirmasi dari bumi tidak ada jeda. Itu jelas karena transkrip tersebut dicatat dari bumi. Contohnya pada potongan transkrip berikut :
    1.102:41:12 Duke: Eagle, you’ve got 30 seconds to P64
    2.102:41:19 Aldrin: Roger. (Pause)
    3.102:41:27 Duke: Eagle, Houston. Coming up 8:30; you’re looking great. (Pause)
    4.102:41:35 Armstrong: (Garbled) 64.
    5.102:41:37 Duke: We copy. (Long Pause)
    Coba liat antara line 1 dan 2, ada 7 detik berlalu setelah mission control (Duke) memberikan informasi sampai terdengar konfirmasi dari Aldrin, waktu yang lebih dari cukup untuk gelombang elektromagnetik merambat ke bulan dan kembali lagi ke bumi. (jarak bumi ke bulan sekitar 360 ribu km, kecepatan cahaya sekitar 300 ribu km/s bolak balik cukup sekitar 2,4 detik saja)
    Tapi coba perhatikan hanya ada 2 detik berlalu setelah informasi dari Armstrong dan konfirmasi dari mission control waktu yang juga lebih dari cukup untuk gelombang suara merambat dari speaker mission control ke telinga Duke lalu merambat dari mulut Duke ke mic dihadapannya.
    Point 6. Masalah sabuk Radiasi Van Allen (Van Allen Belts)
    X : Untuk mencapai bulan , astronot harus melewati Sabuk Radiasi Van Allen, yang bisa meghasilkan jumlah radiasi cukup fatal, bagaimana mungkin mereka dapat selamat?
    Y : Radiasi adalah hal yang tidak terlalu diperhatikan NASA sebelum penerbangan pertama, namun mereka
    memenginvestasikan jumlah yang cukup besar untuk penelitian ini dan menentukan bahwa resikonya minimal. Apollo memerlukan satu jam untuk melewati sabuk radiasi untuk berangkat dan kembali lagi. Total radiasi yang diterima astronot sekitar satu rem. Orang akan mengalami kesakitan pada radiasi 100-200 rem, dan kematian pada radiasi 300+ rem. Jelas dosisnya memiliki rentang yang sangat jauh untuk dianggap beresiko.
    Point 7. Tidak akan pernah ada foto yang berhasil diambil?
    X : Tidak akan ada foto yang bisa diambil di bulan, sebab film akan meleleh pada suhu 250°F.
    Y : Film yang biasa akan segera meleleh jika di ekspos pada suhu 250°F, bagaimanapun film yang digunakan bukan film biasa, dan tidak pernah diekspos pada temperatur sekian. Astronot Apollo menggunakan film tranparansi khusus yang didisain spesifik, di bawah kontrak NASA, untuk lingkungan yang tidak ramah misal di Bulan. Menurut Kodak, film akan mulai melemah pada 200°F, dan tidak akan meleleh sampai pada suhu 500°F. Kamera juga diproteksi didalam casing spesial yang didisain agar tetap dingin. Situasi di Bulan yg hampa udara sangat berbeda dengan misal di dalam oven. Tanpa konveksi dan konduksi, metode yang mungkin untuk transfer panas hanyalah radiasi. Panas radiaktif bisa dialihkan secara efektif dengan membungkus material menggunakan permukaan reflektif, biasanya material putih. Casing dari kamera sama juga seperti seragam astronot,putih.
    Sebenarnya,masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang bermunculan dari pihak Skeptic , namun karena aku rasa terlalu banyak, maka pertanyaan2 yang paling sering ditanyakanlah yang ku ulas. Namun, ada suatu bukti yang tidak dapat dibantah bahwa manusia benar-benar pernah pergi ke Bulan, yaitu batu-batu bulan yang dibawa dengan berat total 382 Kg, yg telah diperiksa oleh ratusan ahli geologi dari seluruh dunia.

    Batuan Bulan yang berhasil dibawa para awak Apollo Batuan-batuan ini memiliki karakteristik yang sama dengan batuan bulan yg ditemukan di pesawat ruang angkasa Rusia tanpa awak. Yang perlu diketahui bahwa batuan bulan itu sangat aneh,diantaranya : 1. Karena hanya mengandung sedikit air
    2. (lihat gambar ke-2 batu bulan ) Karena sering terkena sinar kosmis selama jutaan tahun di permukaan bulan yang hampa udara,maka terbentuklah lubang-lubang aneh dipermukaannya.
    3. Batuan bulan sangat berbeda dengan batuan bumi, dan tidak dapat dipalsukan denganteknologi terbaru apapun. Untuk menghasilkan batuan bulan palsu , setidaknya kita harus melumatkannya dengan tekanan 1.000 atmosfer dan memanasinya dengan suhu 1.100 derajat celcius selama beberapa tahun. Kemudian, selagi tetap berada dalam tekanan, dinginkan perlahan selama beberapa tahun lagi. Betapa konyolnya NASA jika harus
    bersusah payah melakukan hal ini semua, betul tidak tidak?
    Seharusnya, kita semua tidak sepantasnya
    terpengaruh pada berita yg hanya secara sepihak menyoroti perjalanan Neil Armstrong dan Buzz Aldrin dalam menjadi misi pertama ke bulan.
    Padahal ada beberapa misi yg sudah berhasil mendarat di bulan setelah Armostrong dan Aldrin.
    Orang terakhir yg berjalan ke bulan adalah Gene Cernan yg melakukan misi bersama astronot Jack Schmitt, 7 – 19 Desember 1972.
    sumber :
    http://www.space-01.blogspot.com | http://www.solarsystem.jpl.nasa.gov | http://www./images.spaceref.com| www. jeditrilobite.blogspot.com |
     
  • George Evander 9:47 AM di January 27, 2010 Permalink | Balas  

    APAKAH KAUM ARAB SELALU MUSLIM DAN KAUM YAHUDI ITU SELALU BERAGAMA KRISTEN? 

    Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Katakanlah kepada orang Israel: Kamu ini bangsa yang tegar tengkuk… (Kel. 33:5)

    Atau adakah Allah hanya Allah orang Yahudi saja? Bukankah Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain? Ya, benar. Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain! (Rm. 3:29)
    Seringkali orang berpikir dan berpendapat bahwa orang Arab pasti beragama Islam, sedang orang Yahudi pasti kebanyakan beragama Kristen. Betulkah pandangan-pandangan di atas?
    Penyebutan orang-orang Kristen atau Kristianos (Arab, ‘Massihi-yyin’) semula adalah ejekan orang-orang Yahudi di Antiokhia (Syria) kepada murid-murid Yesus yang ada di sana. Murid-murid ini masih terikat kepada ibadah Yahudi seperti ke sinagoga-sinagoga Yahudi pada hari Sabat (Kis. 13:14-15; 15:21 dsb) dan masih berkewajiban mengunjungi Bait Allah pada hari-hari raya (Kis. 2:46; 21:26 dsb). Tetapi karena mereka juga memberitakan nama Yesus dan memecah-mecahkan roti (Sakramen Ekaristi Kudus) pada hari Minggu, kecurigaan orang-orang Yahudi semakin menjadi-jadi untuk mengusir mereka dari perkumpulan Yahudi (Kis. 4:2; 5:28). Sejak pembunuham diakon Stefanus di luar gerbang Yerusalem oleh orang-orang Yahudi (Kis. 7:54-60), maka resmilah murid-murid Yesus menerima cap ‘sekte’ orang Yahudi tetapi sekaligus penganut Jalan Yesus Kristus (Kis. 9:2).
    Menurut William W. Haddad pada tahun sekitar 1977, jumlah orang-orang Kristen sekitar 7% dari seluruh penduduk yang mayoritas beragama Islam. Jumlah umat Kristen Orthodox di Timur Tengah pada masa itu adalah sekitar 20 juta orang. Perkiraan ini tentunya bersifat kasar. Perkiraan jumlah ini bisa saja berbeda, apakah jumlahnya lebih rendah dari 20 juta orang ataukah malah lebih besar dari 20 juta orang. Untuk jelasnya bisa dibaca buku Anton Wessel “Arab dan Christian” dan El Hasan bin Tallal “Christianity in the Arab World”.
    Kebanyakan orang Kristen Arab yang tinggal di Timur Tengah berlokasi di negara-negara berikut ini:
    Libanon (35-45% dari total populasi negeri)
    Palestina (5-10%)
    Yordania (6-12%)
    Syria (10%)
    Sudan (10%)
    Mesir 6-12%
    Iraq (3%)
    Secara total sekitar 5-6% populasi negara-negara Arab adalah orang Kristen. Hal ini penting untuk dicatat bahwa TIDAK SEMUA ORANG ARAB ADALAH MUSLIM dan MUSLIM BUKANLAH SEMUA ORANG ARAB. Beberapa orang Kristen Arab yang tinggal di Arab akan menolak disebut sebagai Arab (dalam pengertian Muslim) karena mereka tetap mempertahankan warisan leluhur mereka yang mendiami tanah itu sebelum kemunculan Islam. Misalnya orang Kristen Libanon mempertahankan akar Phoenician kuno mereka. Koptik Mesir berakar pada Mesir kuno di bawah dinasti Firaun. Demikian juga dengan Chaldeans dan Asyur, Irak yang menganggap diri mereka sebagai penduduk asli dan penetap di Irak sekarang.
    Menurut Wikipedia, the free encyclopedia, jumlah populasi orang Arab Kristen di seluruh dunia sekitar 30,000,000-35,000,000 orang, meliputi wilayah-wilayah:
    Mesir : 4,500,000
    Syria : 2,000,000
    Lebanon : 1,300,000
    Iraq : 1,000,000
    Yordan : 370,000
    Kanada : 350,000
    Uni Eropah : 350,000
    Australia : 140,000
    Israel : 122,000
    Palestina : 75,500
    Kita selama ini menutup mata dengan adanya kenyataan eksistensi lebih dari 30 juta orang Kristen Arab di Dunia Arab. Pangeran Yordania, El Hasan bin Tallal menegaskan fakta eksistensi dan kehidupan rukun orang Kristen Arab dan Muslim Arab.
    Masyarakat awam di Indonesia tidak banyak yang tahu, ada begitu banyak tokoh Kristen bangsa Arab yang terkenal, misalnya: Émile Jamil Lahoud yang adalah mantan Presiden Libanon; Mikhail Yuhanna, (bhs. Arab: ميخائيل يوحنا, Miha’ il Yūḥannā) kemudian dikenal secara populer sebagai Tariq Aziz atau Tareq Aziz (bhs. Arab: طارق عزيز) yang menjadi mantan Perdana Menteri Irak pada masa pemerintahan Saddam Hussein, seorang Katolik Khaldea (al-kanīsä ‘l-kaldāniyyä ‘l-kātholikiyyä); Boutros Boutros-Ghali (bhs. Arab: بطرس بطرس غالي), mantan Menteri Luar Negeri Mesir dan Sekretaris Jendral PBB yang keenam, seorang Kristen Orthodox Koptik Mesir; Hanan Daoud Khalil Ashrawi, seorang Kristen Anglikan dan George Habash (bhs. Arab: جورج حبش‎), seorang Kristen Orhodox Yunani di Palestina, keduanya pemimpin dan pejuang militan Palestina yang mendukung Yasser Arafat dalam menghadapi agresi Israel, serta Jenderal Michel Suleiman (bhs. Arab: ميشال سليمان‎), Presiden Libanon saat ini.
    Di kalangan sastrawan, kita mengenal nama Gibran Kahlil Gibran bin Mikhā’īl bin Sa’ad (bhs. Arab: جبران خليل جبران بن ميکائيل بن سعد), dikenal juga sebagai Kahlil Gibran, dimana saat ini buku-bukunya sangat disukai dan membanjiri toko-toko buku di Indonesia. Sebelum itu, banyak penyair dan pencipta lagu Indonesia yang minimal cukup dipengaruhi oleh Kahlil Gibran, mulai dari Taufik Ismail, Katon Bagaskara, Dani “Dewa 19”” yang malah “dituduh mencontek” Gibran, hingga mimbar-mimbar Pengajian Ramadhan K.H. Abdullah Gymnastiar. Popularitas Gibran terus melambung, mengatasi batas-batas bahasa, bangsa bah

No comments:

Post a Comment